Lamongan, Layaknya sebuah melodi yang bergerak sesuai dengan nada yang dinyanyikan oleh sang penyanyi. Begitulah yang terjadi pada PILKADA di Kabupaten Lamongan. Apa yang telah menjadi rancangan dari berbagai pihak ternyata tidak bisa mengalahkan jalinan takdir yang telah ditetapkan oleh DIA sang maha pengatur. Berbagai macam trik, tipuan bahkan blue print telah disiapkan oleh mereka namun semuanya berakhir dengan penuh ironi.
Setiap orang akan terperangah melihat bagaiamana pada H - 3 sampai dengan hari H , Rupiah beterbangan dengan tanpa batas. Entah siapa yang menjadi tujuan dari pergerakan rupiah ini. tentunya bukan JIN ataupun syetan karena mereka tidak mau uang. Dalam lubuk hati saya bertanya "mengapa semua ini harus terjadi ?". "Siapa yang mengajari Rakyat kecil untuk berkata Tak ada uang maka saya tidak akan berangkat ke bilik", Siapa pula yang menjadai contoh mereka.
Celoteh para ulama dan pemuka agama sudah menjadi barang basi dan kalah hanya dengan lembaran uang Rp. 20.000 begitupun arahan dari Pemimpin organisasi yang mereka anut. Saya tak habis pikir kira - kira gejala apa ini ? kalau berbicara bahwa dunia telah tua, memang benar. tetapi bukankah sejak dulu kalau dunia ini memang sudah tua ?
MK(Mahkamah Konstitusi) akhirnya menjadi jalan terakhir dari pemutusan perkara PILKADA yang carut marut. Suara coblos tembus dianggap tidak syah oleh pelaksana pemilu tetapi di tingkatan bawah justru mengesahkan dengan alasan tidak ada arahan ataupun surat. entah...
semoga Pak Mahfud MD dapat menjadi gerbang keadilan bagi kemajuan Kabupaten Lamongan dimasa yang akan datang.
Setiap orang akan terperangah melihat bagaiamana pada H - 3 sampai dengan hari H , Rupiah beterbangan dengan tanpa batas. Entah siapa yang menjadi tujuan dari pergerakan rupiah ini. tentunya bukan JIN ataupun syetan karena mereka tidak mau uang. Dalam lubuk hati saya bertanya "mengapa semua ini harus terjadi ?". "Siapa yang mengajari Rakyat kecil untuk berkata Tak ada uang maka saya tidak akan berangkat ke bilik", Siapa pula yang menjadai contoh mereka.
Celoteh para ulama dan pemuka agama sudah menjadi barang basi dan kalah hanya dengan lembaran uang Rp. 20.000 begitupun arahan dari Pemimpin organisasi yang mereka anut. Saya tak habis pikir kira - kira gejala apa ini ? kalau berbicara bahwa dunia telah tua, memang benar. tetapi bukankah sejak dulu kalau dunia ini memang sudah tua ?
MK(Mahkamah Konstitusi) akhirnya menjadi jalan terakhir dari pemutusan perkara PILKADA yang carut marut. Suara coblos tembus dianggap tidak syah oleh pelaksana pemilu tetapi di tingkatan bawah justru mengesahkan dengan alasan tidak ada arahan ataupun surat. entah...
semoga Pak Mahfud MD dapat menjadi gerbang keadilan bagi kemajuan Kabupaten Lamongan dimasa yang akan datang.